bismilah

Selasa, 28 Jun 2011

evi silvia
evi silvia menulis di Juni 27, 2011.

Bersama Khadijah

Muhammad digambarkan sebagai seorang berperawakan sedang. Tidak kecil dan tidak besar. Rambutnya hitam berombak dengan cambang lebar. Matanya hitam, roman mukanya seperti selalu merenung. Ia gemar pula berhumor, namun tak pernah sampai tertawa terbahak yang membuat gerahamnya tampak. Ia juga tak pernah meledak marah. Kemarahannya hanya terlihat pada raut muka yang serius serta keringat kecilnya di dahi. Muhammad inilah yang dipertimbangkan Khadijah sebagai suaminya.

Saat itu Khadijah binti Khuwailid berusia 40 tahun -15 tahun lebih tua dibanding Muhammad. Ia pengusaha ternama di Mekah. Bisnisnya menjangkau wilayah Syria -daerah yang menjadi persimpangan antara "Jalur Sutera" Cina-Eropa dengan jalur Syria-Yaman. Ia cantik, lembut namun sangat disegani masyarakatnya. Orang-orang Mekah menjulukinya sebagai "Ath-Thahirah" (seorang suci) dan "Sayyidatul Quraish" (putri terhormat Quraish)." Khadijah dan Muhammad sama-sama keturunan Qushay.

Khadijah lalu menyampaikan keinginan menikah tersebut pada Muhammad, melalui Nufaisa -sahabatnya. Muhammad sempat gamang. Ia tidak punya apa-apa untuk menikah. Namun kedua belah pihak keluarga mendukung mereka. Dengan mas kawin 20 unta, Muhammad menikahi Khadijah. Paman Khadijah, Umar bin Asad menjadi wali lantaran Khuwailid telah meninggal sebelum Perang Fijar. Muhammad kemudian tinggal di rumah Khadijah.

Keluarga mereka tenteram dan damai. Pada usianya yang terbilang tua, Khadijah masih melahirkan enam anak. Dua anak pertama, Qasim dan Abdullah meninggal selagi kecil. Empat putri mereka tumbuh hingga dewasa. Zainab yang sulung dinikahkan dengan keponakan Khadijah, Abul'Ash bin Rabi'. Ruqaya dan Ummi Khulthum dinikahkan dengan kakak-adik putra Abu Lahab, paman Muhammad, yakni Uthba' dan Uthaiba. Setelah ajaran Islam turun, Abu Lahab meminta anak-anaknya menceraikan anak-anak Muhammad. Kelak mereka menikah dengan Khalifah Usman bin Affan, mula-mula Ruqaya yang kemudian wafat, lalu Ummi Khulthum. Si bungsu Fatimah masih kecil. Setelah masa Islam, Fatimah dinikahkan dengan Ali.

Perhatian pasangan Muhammad-Khadijah bukan hanya memikirkan keluarganya sendiri, melainkan juga orang lain. Setiap musim paceklik tiba, Halimah -Ibu susu Muhammad-selalu datang minta bantuan. Mereka akan membekali pulang Halimah dengan air serta bahan pangan yang diangkut unta untuk memenuhi kebutuhan warga desanya. Mereka juga menolong Abu Thalib dari kemiskinannya. Untuk itu, Muhammad menemui pamannya yang kaya Abbas untuk mengambil salah seorang anak Abu Thalib, Ja'far, sedangkan keluarga Muhammad mengasuh anak yang lain, Ali.

Muhammad mendapat penghormatan besar saat renovasi Ka'bah. Saat itu Ka'bah telah retak. Lokasinya di cekungan perbukitan batu, membuat Ka'bah selalu menjadi sasaran banjir di musim hujan. Masyarakat bermaksud membangun baru Ka'bah, namun tak seorang pun berani memulai merobohkannya. Setelah tertunda beberapa lama, Walid bin Mughirah memberanikan diri untuk memulai penghancuran itu. Ka'bah dibangun kembali hingga setinggi 18 hasta atau sekitar 11 meter. Pintunya ditinggikan dari tanah sehingga aman dari banjir. Enam tiang berderet tiga-tiga dipancangkan.

Untuk pembangunan itu, warga Mekah membeli kayu milik pedagang Romawi Baqum yang kapalnya pecah di dekat Jeddah. Baqum bahkan bersedia membantu pembangunan itu bila didampingi Kopti -tukang kayu Mekah. Pekerjaan berjalan lancar. Hubal, arca terbesar, telah dimasukkan ke dalam Ka'bah. Namun, kemudian muncul persoalan, yakni untuk menempatkan Hajar Aswad. Semua kabilah ingin mendapatkan kehormatan itu. Keluarga Abdud-Dar dan 'Adi bahkan telah mengangkat sumpah darah untuk menyerang siapapun yang akan mengambil tugas itu.

Orang tertua dan dihormati di antara mereka, Abu Ummayah bin Mughira dari Bani Makhzum, mengajukan usul. Urusan penempatan Hajar Aswad agar diserahkan pada orang pertama yang masuk ke pintu Shafa. Siapapun dia. Orang itu ternyata Muhammad Al-Amien.

Secara bijaksana, Muhammad melibatkan semua keluarga untuk meletakkan batu hitam itu. Caranya: ia membentangkan kain. Semua pemimpin keluarga dipersilakannya memegang pinggir kain. Muhammad mengangkat batu itu ke atas kain, lalu semua secara bersama-sama mengotong batu tersebut, kemudian Muhammad kembali mengangkat dan meletakkannya pada tempat semestinya. Semua puas


Ahad, 26 Jun 2011

from Facebook

Senyum Seindah Rasulullah SAW..

by Pena Nur Islam on Sunday, 26 June 2011 at 17:51


Bukan sukar untuk menghadiahkan senyuman tetapi kita sendiri menyukarkan senyuman itu terpamer di wajah. Hati mana tidak tenang apabila sedang dalam kekusutan, masih lagi boleh tersenyum kepada rakan. Senyuman itu adalah ciptaan indah ALLAH SWT, malah senyuman juga adalah kuntuman indah yang sentiasa dipersembahkan Rasulullah SAW, manusia sempurna yang patut diteladani segala sifat, sikap dan tingkah lakunya. Ada beberapa hal menarik pada diri Baginda SAW yang jarang diungkapkan ramai iaitu mengenai senyumannya. Sepintas lalu, hal itu munkin nampak kecil dan tidak bererti tetapi apabila dikaji, sebenarnya senyuman Rasulullah SAW memberi impak positif yang sungguh luar biasa. Hikmahnya, banyak kejayaan Rasulullah SAW dalam misalnya sebagai penyebar risalah tauhid disebabkan oleh senyuman dan keramahan Baginda. Disebabkan itu, Rasulullah SAW dapat mempengaruhi orang ramai sehinggakan Baginda dicintai dan disegani kawan, juga lawan..

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Abdullah bin Al-Harist pernah menyatakan:

"Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW."

-Hadis Riwayat At-Tirmizi-

Cucu kesayangan Baginda SAW, Saidina Husein juga ada menggambarkan bagaimana sikap Rasulullah dimana direkodkan oleh Imam At-Tirmizi, beliau berkata:

"Aku bertanya kepada ayahku (Saidina Ali) mengenai adab dan etika Rasulullah SAW terhadap orang yang bergaul dengan Baginda. Ayahku mengatakan: Baginda sentiasa tersenyum, budi pekerti lagi rendah hati, Baginda bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa sahaja mengharapkan pasti tidak akan kecewa dan siapa sahaja yang memenuhi undangannya pasti akan sentiasa puas."

Rasulullah SAW walaupun dalam keadaan marah, tetap mempamerkan senyumannya hatta kepada orang yang tidak disukai. Perkara itu pernah direkodkan Imam Bukhari disebutkan bahawa Saidatina Aisyah berkata:

"Ada seorang lelaki yang meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah SAW. Ketika Baginda melihat orang itu dari jauh, maka Baginda bersabda: Dia adalah seburuk-buruk saudara dan anak dalam kerabat. Namun ketika orang (Uyainah) itu sudah duduk, Baginda memberikan senyuman di wajah dan menerima dengan baik hati kedatangan orang itu. Ketika orang itu sudah pergi, Aisya berkata kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, ketika kau melihat orang itu tadi dari jauh engkau berkata begini dan begitu. Tapi kemudian engkau berwajah ceria setelah berada di hadapannya dan menerima kedatangannya dengan baik hati. Kemudian Rasulullah bersabda: Wahai Aisyah, bilakah engkau melihatku berbuat tidak baik?"

Begitu indah akhlak Rasulullah SAW, walaupun seseorang itu tidak disukai, Baginda tetap mempamerkan senyuman dan menyambut kedatangan Uyainah dengan ceria. Sebagai umatnya yang mengaku bahawa Baginda adalah sebaik-baik manusia dan seorang Nabi dan Rasul, tidakkah kita malu kerana tidak mengikut perbuatan Baginda yang sentiasa menghadiahkan senyuman kepada orang ramai. Sesungguhnya beruntunglah mereka yang mengikuti perbuatan Rasulullah kerana harga senyuman tidak ternilai dengan wang ringgit..

Oleh itu, marilah kita menjadikan senyuman dan ketegasan Rasulullah SAW sebagai panduan dan pada masa yang sama menilai hikmah di sebaliknya..

Senyumlah, kerana senyuman tidak pernah mengurangkan rezeki sesiapa, malah dengan senyuman hati berasa tenang dan sentiasa disenangi orang lain. Sementara bertegaslah dalam keadaan perlu supaya Agama Islam tidak diperkotak-katikkan..

Sumber: Buletin Shoutul Iman

Sabtu, 18 Jun 2011

from millatfacebook

daenk fatimah
daenk fatimah menulis di Juni 17, 2011.

Di suatu sore yg senggang, terlihat seorang wanita berjalan dg
terhuyung2. Pakaian yg serba hitam menandakan bahwa ia sedang dalam
keadaan duka cita yg mendalam. Ia melangkah perlahan mendekati rumah
Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan2 sambil mengucapkan salam.
Kemudian terdengar ucapan dari dalam, “Silahkan masuk!”

Perempuan
itu lalu masuk sambil kepalanya terus menunduk. Air matanya berderai
ketika ia mulai berkata, “Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya! Doakan saya
agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.”

“Apakah dosa yg telah kamu lakukan wahai wanita?” tanya Nabi Musa.

“Saya takut mengatakannya.” jawab wanita itu.

“Katakanlah, jangan ragu2!” desak Nabi Musa.

Maka, wanita itu dengan kata terpatah2 mulai bercerita, “Saya… telah berzina.”

Kepala
Nabi Musa terangkat, hatinya mulai tersentak. Kemudian wanita itu
meneruskan ceritanya, “Dari perzinahan itu, saya pun lantas hamil.
Setelah anak saya lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati.”
Cerita itu diakhiri dg tangis sejadi2nya.

Mendengar cerita itu,
Nabi Musa mulai berapi2 matanya. Dengan kesal ia berkata, “Perempuan
bej*t! Enyah kau dari sini, agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam
rumahku karena perbuatanmu. Pergi..!” teriak Nabi Musa sambil
memalingkan mata karena jijik.

Kemudian dengan hati bagai kaca yg
hancur berkeping2, segera bangkit dan segera melangkah keluar.
Tangisannya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak
mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi langkah2 kakinya.
Bila seorang Nabi saja menolaknya, bagaimana pula dg manusia yg lain.
Adakah yg mau menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya,
betapa buruk dan sangat hina perbuatannya.

Sepeninggalan dirinya
dari rumah Nabi Musa tadi, kemudian Malaikat Jibril turun mendatangi
Nabi Musa. Sang Malaikat bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang
wanita yg hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu bahwa ada
dosa yg lebih besar daripadanya?”

Nabi Musa terkejut. “Dosa apakah
yg lebih besar dan lebih keji dari dosa wanita pezina dan pembunuh
tadi?” tanya Nabi Musa kepada Malaikat Jibril. “Betulkah ada dosa yg
lebih besar daripada dosa zina yg dilakukan oleh wanita nista itu?”

“Ada!” jawab Malaikat Jibril dg tegas.

“Dosa apakah itu?” tanya Nabi Musa dengan penasaran.

“Dosa
orang yg meninggalkan sholat dg sengaja dan tanpa merasa bersalah atau
menyesal sedikitpun. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali
zina.”

Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa kemudian memanggil
wanita tadi untuk menghadapnya kembali. Kemudia ia mengangkat tangan
dengan khusyuk memohonkan ampunan Allah untuk wanita tersebut.

Nabi
Musa menyadari, orang yg meninggalkan sholat dg sengaja dan tanpa
penyesalan adalah sama saja ia menganggap sholat itu tidak wajib dan
tidak perlu atas dirinya. Berarti seakan2 ia menganggap remeh perintah
Tuhan, bahkan menganggap Tuhan tidak ada atau tidak punya hak untuk
mengatur dan memerintah hamba2-Nya. Sedangkan orang yang bertobat dan
menyesali semua dosanya dg sungguh2 berarti ia masih mempunyai iman di
dadanya. Ia bertekad untuk kembali pada jalan ketaatan kepada-Nya dan ia
yakin Allah pasti akan menerima kedatangannya kembali. Insya Allah…

Wallahu’alam…

Khamis, 16 Jun 2011

  • Quotes about Life

  • Anger is a condition in which the tongue works faster than the mind

  • You can’t change the past, but you can ruin the present by worrying over the future.

  • Thank God for what you have, Trust God for what you need.

  • Love…and you shall be loved.

  • Everyone needs to be loved… especially when they do not deserve it.

  • The real measure of a man’s wealth is what he has invested in eternity.

  • If you fill your heart with regrets of yesterday and the worries of tomorrow, you have no today to be thankful for.

  • Everyone has beauty but not everyone sees it.

  • It’s important for parents to live the same things they teach.

  • All people smile in the same language.

  • Man looks at outward appearance but the Lord looks within.


  • The choice you make today will usually affect tomorrow.


~ LuahaN~

ASSALAMUALAIKUM..

ALHAMDULLILAH...ari nee Aisah masih ag berpeluang...
tuk update blog nee... ALHAMDULLILAH syukur kpd ALLAH
kerna masi ag memberi ruang n peluang utk Aisah luang kn msa
kat blog nee..jgk..

hampir sebulan Aisah x berkesempatn utk update blog nee...
coz terlalu bz..ngn exam.... now..cuti hujung sem plak...
kli nee Aisah xg mn2... Aisah stay kat umh sewa...jak..
ag pon cuti nee...Aisah ambek short sem..sebulan...

rsa cdeh sngt....coz x dpt balik SABAH!!!
aduuuuhhhh rinduuu Aisah ngn fmily kat sna... seperti tinggi nya gunung...
huhuhuhu...
dah setahun x balik.... =(

kini baru la Aisah dpt rsakan...btapa peritnya.. hidup
berjauhn ngn fmily... (bgini r law hidup d perantauan)
papew pown..Aisah taw nee semu ujian yg Aisah perlu lalui ...
so Aisah perlu kuat n sabar..menghadapinya...
kerna AISAH yg sendiri memilih keputusan nee...
so..Aisah mesti jalaninya....

semoga ALLAH sentiasa memberi kekuatan ketika Aisah brada dlm kelemahan
memberi kebahagian apabila brada dlm kesedihan
memberi ksbrn ketika brda dlm keperitan

^_^

Jumaat, 3 Jun 2011

KAta -KAta mereKA MEMuKAU DUNIA

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit "





Perkataan yang baik, adalah sesuatu yang menyejukkan jiwa malah ia
sebenarnya mampu membangkitkan perasaan untuk terus bergerak dan memacu
perubahan diri.


Kalimah yang baik adalah perkataan yang dapat memberikan ketenangan,
kebahagiaan dan ketenteraman kepada sanubari insan yang mendengarnya
dengan jiwa yang lapang.


Kata-kata yang baik dapat menegakkan prinsip, menghidupkan roh,
mendorong seseorang menuju kebenaran dan membina generasi yang
berwawasan.


Kata-kata yang baik, mampu mengetuk jiwa, mendiamkan perasaan
gundah, membuka mata, memukau seisi dunia dan menciptakan ketenangan
yang luar biasa.


Inilah penangan kata-kata, bicara dan seruan kebaikan. Dan, kebaikan itu adalah daripada Rabb yang HAQ – Allah S.W.T.


Khatib terhebat dalam sejarah dunia


Di dalam banyak-banyak sunnah Rasulullah S.A.W, ada satu yang sangat
menonjol dalam diri Rasulullah S.A.W : Baginda merupakan seorang
khatib, juru dakwah dan pemidato yang terhebat.


Lisannya yang jujur dalam penyampaian telah mempengaruhi ramai orang
untuk mendekati dan menghampirinya. Lisannya yang tulus itu, dapat
menyapa roh dan jiwa manusia sehingga terpaut kepada tutur katanya yang
indah lagi mempesona.


Ketika berbicara, seolah-olah mutiara yang keluar dari bibir Baginda
memancar terang sehingga ia kelihatan begitu cantik dan menarik.
Bercahaya menyinari wajah Baginda dan para sahabat terpegun dan terpaku
di hadapannya tanpa banyak bicara.


Mereka tenggelam dalam layar bicara insan yang agung ini. Masya-Allah.
Tutur
katanya, menghidupkan semangat para pejuang generasi awal dan
memotivasikan jiwa mereka sehingga membangkitkan diri untuk beriman
kepada yang Esa. Jiwa mereka berkobar-kobar memperjuangkan risalah yang
dibawa oleh Baginda Rasulullah S.A.W.


Bagi mereka : "Hidup tanpa perjuangan adalah sebuah keaiban."


Ruh perjuangan sentiasa ditiup dengan nyalaan yang membara tanpa
mengenal keputus asaan, kekecewaan dan kepenatan yang melelahkan.


Mereka mampu memacu dan mengharungi samudera kehidupan dengan seni
keberanian yang sangat luar biasa. Di dada mereka tertanam keimanan
yang benar sehingga mereka sangat mencintai kehidupan akhirat. Matlamat
mereka jelas – mencintai Allah S.W.T.


Apakah rahsia yang membangkitkan jiwa mereka sehingga ke tahap ini?


Ya. Mereka sentiasa dimotivasikan oleh Baginda Rasulullah S.A.W. Sentiasa.


Kalamullah menjadi motivasi terulung.
Hadis yang mulia yang menjadi panduan hidup.


Melalui apa? – Melalui kalimah toyibbah, melalu tutur bicara yang menghangatkan dan kata-kata pembangkit semangat.


Seni kepimpinan ummah zaman berzaman


Bahkan, bukan Baginda sahaja begitu. Para sahabat yang lain, juga mempunyai kekuatan dalam berbicara.


Thariq bin Ziyad,
panglima tentera yang sangat hebat. Bala tentera di bawah pimpinannya
telah mengharungi ketumbukan musuh Islam yang hebat dari segi keupayaan
dan kelengkapan senjata perang. Namun, dengan kelantangan berpidato dan
terikan ruh jihadnya – pasukan muslimin dapat membuka pintu kemenangan
dan mengangkat panji Islam di udara kejayaan.


Saidina Ali Bin Abi Talid
– diberi jolokan Pintu Ilmu. Apabila beliau berbicara, maka pecahlah
segala pintu keterangan dan meleraikan segala kebuntuan. Khutbahnya,
pidatonya dan penyampaianya mengalir seakan-akan seluruh kalimatnya
adalah batu tulisan yang mengandungi keindahan, keagungan dan
keunikannya.


Para ulama yang soleh lagi warak – Ibnu al-Jauzi
juga begitu. Suasana kuliahnya sangat hening. Sangat menghibakan jika
ia membicarakan soal dosa, taubat dan muhasabah. Linangan air mata para
pendengar dan anak muridnya terdengar terisak-isak tanda tersentuh dan
timbulnya penyesalan dalam diri. Ada yang meratap sehingga pengsan dan
ada yang tersungkur di bawah rangkaian nasihatnya.


Masya-Allah, betapa bersih dan halusnya perasaan beliau.


Seorang khatib yang bergetar jiwanya kerana kesedihan dan kepiluan
kerana takutkan kepada Allah S.W.T akan memberikan satu tusukan rasa
kepada pendengarnya sehingga membuatkan air mata mengalir membasahi
pipi yang kering.


Ahnaf bin Qais
(tidak dikenali rama)i – adalah seorang lelaki yang kurus kering dan
lemah serta bermata cengkung. Akan tetapi, apabila dia berkhutbah, maka
dia menarik seluruh cahaya, mata, telinga dan hati untuk memberikan
seluruh tumpuan kepada bicaranya.<1>


Begitu juga seorang tokoh pembaharuan dalam dunia gerakan Islam – As Syahid Imam Hassan al-Banna.
Beliau jarang sekali menulis buku atau kitab. Tetapi, dalam sejarah
hidupnya – beliau menjadi juru dakwah yang banyak menyampaikan didikan
kepada masyarakat sekelilingnya dengan kata-kata nasihat, tutur bicara
yang memikat dan lisan yang penuh berkat.


Seingat saya, beliau selalu telah mewujudkan satu forum atau kuliah
umum untuk mengajak hati-hati manusia untuk mengingati Allah S.W.T dan
melihat jiwa dengan proses didikan al-Quran. Kuliah ini dinamakan Haditsuts Tsulatsaatau Atthifatus Tsulatsa, kerana ia diadakan secara rutin pada hari Selasa, di pejabat Pusat Ikhwanul Muslimin.


Masya-Allah, kuliah ini mendapat sambutan yang luar biasa daripada
masyarakat setempat. Saban minggu, mereka ternanti-nanti dengan penuh
kerinduan untuk berada dalam majlis ta'lim ini untuk mengisi
kekosongan hati dan jiwa mereka. Mereka begitu asyik mendengar curahan
hati Imam al-Banna sehinggakan, kuliah ini melimpah dengan kehadiran
orang ramai luar daripada kawasan daerah.


Jika anda berhajat untuk membaca intisari dan intipati penyampaian
kuliah Hassan al-Banna ini bolehlah dapatkan sebuah buku yang mengumpul
semula kuliah-kuliah Imam Hassan al-Banna ini. Tajuknya, ialah Hadist Tsulatsa'
: Ceramah-ceramah Hasan al-Banna, karya Ahmad Isa 'Asyur. Selain itu
juga, saya pernah membaca buku yang mengumpulkan khutbah-khutbah Jumaat
yang disampaikan oleh Imam Hassan al-Banna yang bertajuk Khutbah Jumaat Hassan al-Banna yang disusun oleh Syeikh Isom Talimat.


Kesemua ini adalah khazanah ilmu dan bicara murabbi ummah yang
sangat berharga dan mendidik jiwa saya. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Alhamdulillah.


Kekuatan Bicara dan Dakwah Bil Lisan


"Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh,
dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?"


Inilah contoh, qudwah dan role model yang diketengahkan untuk kita
jadikan iktibar. Jika dilihat kepada mereka, terdapat beberapa ciri
yang boleh kita jadikan panduan dan tips untuk peningkatkan diri :


(1) Keikhlasan dan kejujuran mereka dalam
menyampaikan kalimah al-Haq. Kesungguhan, ke'serius'an dan penuh dengan
sifat kasih sayang kerana Allah S.W.T menjadikan siri penyampaian
mereka menyentuh perasaan dan mengerakkan rasa untuk melakukan
perubahan dalam diri pendengar.


(2) Kefasihan dan kelancaran mereka dalam
mengungkapkan ayat-ayat al-Quran dan selalu menyandarkan kepada hadis
Rasulullah S.A.W sebagai hujah dan rujukan utama penyampaian mereka,
membuatkan bicara mereka hidup dan segar. Inilah tali penghubung yang
mengikat jiwa-jiwa manusia kepada keimanan dan keyakinan yang benar
kepada Allah S.W.T.


(3) Memiliki kepakaran dalam bidang sastera
sehingga barisan-barisan kalimah yang ada dalam tutur bicara mereka
begitu indah, sangat menarik dan memikat untuk didengari. Gaya bahasa
yang sederhana tetapi memukau serta penuh dengan nada-nada yang
menakjubkan sehingga kisah-kisah, sirah-sirah dan cerita-cerita yang
disampaikan benar-benar hidup di mata pendengar.


(4) Mereka mempunyai kualiti yang tinggi :
Mampu menghidupkan bicara mereka di dalam hati, fikiran dan perasaan
mereka. Mereka sentiasa memelihara hubungan hati dengan Allah S.W.T,
sentiasa melakukan persiapan jiwa, emosi, fikiran dan rohani sebelum
memulakan penyampaian ceramah, tazkirah atau khutbah.


(5) Mereka selalu membuat latihan kendiri untuk proses pengamalan, pengoperasian dan pembumian dalam kehidupan.
Mereka hidup di dalamnya dan selalu berlatih dan berlatih. Ini juga
adalah rahsia untuk menjadi seorang khatib, pemidati dan juru bicara
yang petah berkata-kata.


Sebenarnya, umat ini sangat-sangat memerlukan khatib, dai dan sang
penyeru yang pakar, memiliki perasaan dan menguasai keadaan. Tujuan
keberadaan mereka adalah untuk menyampaikan risalah kebenaran dengan
pengaruh yang kuat dan mengesani perasaan insan. Ia mampu memberikan
penerangan yang jelas tentang manhaj al-Quran dengan ruh kehangatan
yang memuncak, daya tarikan yang mendidik dan semangat yang membara.
InsyaAllah.


Penutup – Komentar seorang hamba.


(1) Apa perasaan kita apabila membaca artikel di atas? – Seharusnya
kita memasang azam dan tekad untuk bergerak menuju ke arah itu. Boleh
dan mampukah diriku? Tepuk dada, tanyalah Iman kita. Kita lakukan
dengan kemampuan yang ada.


(2) Perkara yang terpenting ialah kita berkeupayaan untuk
mengamalkan apa yang kita perkatakan. Allah S.W.T sangat murkai, mereka
yang banyak menasihati, berbicara dan berkata-kata tetapi ia tidak
berbekas pada hatinya. Positifkan hal ini, akulah yang pertama yang
akan melaksanakannya.


(3) Marilah kita meluruskan niat dan perasaan untuk sentiasa
mempertingkatkan diri kita. Dan salah satu kemahiran yang perlu ada di
dalam diri ummat Muhammah ialah kemahiran public speaking, pengucapan
awam, dan berkhutbah dengan baik. Ayuh kita gerakan wawasan ini.


_______________________________
<1> Khutbah Motivasi Terbaik, karya Dr 'Aid Abdullah Al-Qarni